About me

Foto saya
mahasiswa Universitas Gunadarma
Feeds RSS
Feeds RSS

Senin, 07 November 2011

Perkembangan Buah Pala di Indonesia


Tugas Artikel
Nama : 1. Febriana Puspita Sari          (22210688)
            2. Sartika                                 (26210394)
Kelas: SMAK-04


Perkembangan Buah Pala di Indonesia

            Peranan pala sangat signifikan karena mampu mensuplai 60%-75% kebutuhan pangsa pasar dunia serta mempunyai banyak manfaat baik dalam bentuk mentah ataupun produk turunannya. Keunggulan tanaman ini semua bagian buahnya dapat dimanfaatkan, disamping itu pala termasuk tanaman yang mempunyai keunggulan komparatif alamiah karena berumur panjang, daunnya tidak pernah mengalami musim gugur sepanjang tahun, sehingga baik untuk penghijauan dan dapat tumbuh dengan pemeliharaan minim. Dengan demikian potensi pala cukup kompetitif dan dapat diandalkan dalam membantu pertumbuhan perekonomian di daerah sentra produksi. Meskipun buah pala mempunyai nilai tinggi namun biji buah dan fulinya nilainya paling tinggi karena digunakan sebagai bahan industri minuman, makanan, farmasi dan kosmetik.
            Perkembangan total luas areal pala di Indonesia sejak tahun 1967 hingga 2007 relatif berfluktuatif namun cenderung mengalami peningkatan. Selama kurun waktu tersebut, total luas areal pala di Indonesia meningkat dari 12.742 ha pada tahun 1967 menjadi 74.530 ha pada tahun 2007 atau meningkat rata-rata 5,35% per tahun. Berdasarkan status pengusahaannya sejak tahun 1967 hingga tahun 2007 (rata-rata), 97,72% perkebunan pala di Indonesia diusahakan oleh rakyat (PR). Sedangkan sisanya sebesar 2,17% dikelola oleh perkebunan besar negara (PBN) dan sebesar 0,29% dikelola oleh perkebunan swasta (PBS). Kontribusi Rata-rata Luas Areal Perkebunan Pala di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, (Rata-rata 1967 – 2008) Produksi pala di Indonesia adalah dalam bentuk biji pala. Terlihat perkembangan produksi biji pala yang cenderung meningkat dari tahun 1967 hingga tahun 2002, walaupun sempat terjadi penurunan yang sangat tinggi pada tahun 1999 sebesar 30,53% . Pada tahun 2000 produksi biji pala di Indonesia kembali meningkat namun pada tahun 2004 terjadi penurunan yang sangat signifikan hingga mencapai 53,41%, begitu pula pada tahun 2005 yang turun sebesar 20,87%. Rata-rata pertumbuhan produksi biji pala nasional pada kurun waktu 1967-2007 sebesar 3,92%. Pertumbuhan yang sangat tinggi pada kurun waktu tersebut terjadi pada perkebunan besar negara (PBN) sebesar 100,78%.
            Perkembangan volume ekspor pala di Indonesia terlihat meningkat sejak tahun 1996 hingga tahun 2006, walaupun sempat terjadi penurunan yang cukup signifikan sebesar 23,77% pada tahun 2001 menjadi 7,97 ribu ton dari sebesar 10,46 ribu ton pada tahun 2000. Pada tahun 2002 ekspor pala kembali meningkat hingga tahun 2006, namun kemudian volume ekspor pala tersebut kembali turun pada tahun 2007 hingga 2008 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,81% pertahun, sementara nilai ekspor tumbuh sebesar 16, 56% pertahun pada periode 1996-2008. Bentuk ekspor pala adalah pala berkulit, pala kupasan dan bunga pala. Berbeda dengan tren perkembangan volume ekspor, perkembangan volume impor pala pada periode 1996- 2008 sangatlah berfluktuatif. Wujud pala yang diimpor sama dengan wujud pala yang diekspor yaitu pala berkulit, pala kupasan, dan bunga pala. Rata-rata pertumbuhan volume impor pala pada periode 1996-2008 sebesar 103,60% pertahun, jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan volume ekspornya walaupun secara kuantitatif volume ekspor jauh lebih besar. Seperti halnya volume impor, rata-rata pertumbuhan nilai impor pala cukup tinggi yaitu sebesar 65,35% pertahun pada periode yang sama. Pertumbuhan yang cukup tinggi ini dapat disebabkan tingginya nilai pertumbuhan impor pala pada tahun 2003 yaitu sebesar 422,22%, padahal pada tahun yang sama pertumbuhan volume impor turun sebesar 61,11%. Dilihat dari rata-rata pertumbuhan nilai impornya yang begitu tinggi, dapat diartikan bahwa kualitas pala impor cukuplah tinggi. Walupun pertumbuhan impor pala jauh lebih tinggi dari ekspor pala, namun bila dilihat dari neraca perdagangan pala yang positif (surplus) menandakan bahwa peluang usaha tani pala di Indonesia sangatlah prospektif, dan bila dilihat dari sejarah memang pala adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari Pulau Banda (Maluku).
            Menurut kami Sumber daya pala di Indonesia cukup melimpah, akan tetapi pengelolaannya masih kurang optimal karena sumber daya pala tersebut kurang mendapat perhatian dari pemerintah.  Hampir 100% pengusahaan tanaman pala adalah Perkebunan Rakyat (PR), sehingga pengembangannya akan berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat.  Tidak dipungkiri bahwa pala merupakan komoditas andalan pada  wilayah tertentu yang berdampak pada aspek ekonomi maupun sosial budaya.  Permasalahnya yaitu sumber daya pala kurang di olah secara optimal. Dari pembahasan yang telah kami ungkap di atas bahwa dari segi volume kuantitas ekspor lebih besar dibandingkan kuantitas impor, sedangkan pertumbuhan ekspor pala lebih kecil dari pertumbuhan impor . Di lihat dari segi kualitas, impor pala lebih kecil dibandingkan dengan ekspor. Permasalahan yang terjadi karena produk mentah  pala dalam negri, kualitasnya tidak sebaik pala yang di impor. Produk turunan pala dalam negeri, kalah bersaing dengan produk negara-negara lain pengekspor pala. Hal ini disebabkan karena negara lain pengekspor pala mampu mengolah pala menjadi suatu produk yang bernilai jual tinggi. penanaman buah pala di Indonesia cukup signifikan, karena potensi alam Indonesia  sangat mendukung. Ekspor pala merupakan salah satu sumber devisa negara, Seharusnya pemerintah dapat memberi penyuluhan  kepada rakyat yang mengelola perkebunan pala sehingga dapat menghasilkan pala yang berkualitas tinggi dan memperbanyak produk dari pengolahan bahan mental pala untuk kemajuan perekonomian Indonesia.


           


1 komentar:

yopie wijaya mengatakan...

thanks.
btw ada data produksi dan ekspor pala indonesia yang paling baru gak ?
data tahun 2008-2011 ?

Posting Komentar