About me

Foto saya
mahasiswa Universitas Gunadarma
Feeds RSS
Feeds RSS

Selasa, 29 November 2011

Analisis Jurnal Pala


Analisis Jurnal Pala


Judul                     : Diversifikasi Pengolahan Pala sebagai Sumber Peningkatan pendapatan dan             kesejahteraan  masyarakat   di Kecamatan Fakfak Kabupaten Dati II Fakfak, Propinsi   Irian Jaya.
Pengarang             : LudiaT. Wambrau
Tahun                   : 1999
Tema                    : Pemanfaatan sumber daya pala yang kurang optimal

Latar belakang masalah
                Potensi pala di di Kabupaten Fakfak, Propinsi Irian Jaya memiliki peluang yang signifikan karena potensi alamnya, tetapi dalam pengolahan sumber daya pala kurang optimal. Sehubung dengan itu penulis memandang perlu untuk mengadakan suatu penelitian yang menganalisa kontribusi diversifikasi pengolahan pala sebagai sumber peningkatan pendapatan masyarakat di Kecamatan Fakfak dan faktor-faktor yang memengaruhinya.

Metodelogi
                Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari responden dengan berpedoman pada daftar pertanyaan (kuisioner) dan pengamatan langsung. Data sekunder diambil dari instansi-intansi terkait sehubungan dengan penelitian ini.       
    
Variabel
                Pala-Peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Fakfak, Propinsi Irian Jaya.

Hasil dan analisis
                Masyarakat Fakfak memiliki mata pencaharian utama yaitu dalam bidang perkebunan terutama perkebunan pala yang memiliki potensi yang paling tinggi. Perkebunan pala memiliki potensi besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, dan memperluas pasar dalam dan luar negeri.  kualitas pala menjadi hal utama yang harus diperhatikan karena hal itu dapat memengaruhi tingkat pemasarannya. Sumber daya pala yang melimpah seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal, dengan membuat produk turunannya yang bernilai tinggi. Sumber daya pala yang berkualitas dapat bernilai jual tinggi jika diimbangi dengan pembuatan produk turunan pala yang inovatif. Ironisnya, masyarakat Fakfak belum dapat mengoptimalkan sumber daya pala yang berlimpah tersebut.
                Faktor penghambat dalam pengoptimalan sumber daya pala yaitu karena produksi membutuhkan biaya yang besar tetapi investasi modal sangat terbatas sehingga perlu suntikan dana untuk membangun industri-industri yang inovatif.  Kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat membuat bahan baku dan produksi pala kurang dimanfaatkan secara optimal.
                Jika masyarakat Fakfak hanya mengandalkan potensi pala mentah maka akan berisiko tinggi karena pala mentah yang melimpah itu hanya bernilai standar, padahal kita dapat mengola bahan mentah pala menjadi suatu produk yang lebih inovatif dan bernilai jual tinggi untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
               
Kesimpulan
                Sumber daya pala yang melimpah   di Kecamatan Fakfak Kabupaten Dati II Fakfak, Propinsi Irian Jaya kurang dimanfaatkan secara optimal. Minimnya industri-industri produk pengolahan pala menjadi masalah utama karena pala mentah yang dihasilkan kurang berkualitas,  kurangnya modal untuk membangun industri turunan pala, dan keterbatasan pengetahuan dan keterampilan masyarakat Fakfak.

Rekomendasi
·         Data yang disajikan dalam penelitian ini bersifat informatif karena narasumber menggunakan metode penelitian primer dan sekunder.
·         Informasi yang disajikan bersifat real karena sesuai dengan kenyataan di lapangan (daerah Fakfak).

Sumber utama                  :

Sumber penunjang         :             


Nama         : -Febriana Puspita Sari (22210688)
                    -Sartika                       (26210394)
Kelas         : SMAK-04











Jumat, 25 November 2011

The Values of Globalization

The Values of Globalization 

Apa nilai-nilai yang mendasari globalisasi (What are the values underlying globalization?)
Nilai-nilai yang mendasari globalisasi adalah tidak adanya batasan dalam hal berkomunikasi, bertransaksi, dan saling bertukar budaya. Dengan globalisasi batas wilayah dan negara tidak lagi menjadi hambatan. Nilai utamanya adalah prinsip universal (menyeluruh)
Ø  Apa nilai-nilai dalam ASEAN (Are these “ASEAN” values?)
Nilai-nilai ASEAN lebih mengedepankan voluntary approach (lemahnya pressure group). Semangat persaudaraan di Asia Tenggara yang erat sebagai negara-negara yang bertetangga antara lain cermin dalam perwujudan nilai-nilai ASEAN. Kelebihan nilai-nilai tersebut adalah lebih mengedepankan empathy, namun kekurangan terbesar adalah kurangnya ketegasan. Dengan pendekatan voluntary appoarch yang lebih mengemuka dalam berbagai inisiatif kerja sama yang terbentuk di ASEAN serta lemahnya pressure group diantara sesama negara anggota maka perwujudan integrasi ekonomi kawasan berpotensi memerlukan waktu yang lebih lama. 
Ø  Apakah nilai-nilai typically ini terkait dengan modernisasi (Are these values tupically associated with modernization?)
Nilai-nilai tersebut terkait dengan modernisasi adalah, terkadang adanya sikap nasionalisme dan rasa tidak terbuka dengan hal-hal yang baru terutama untuk negara ASEAN yang menganut adat ketimuran. Biasanya orang timur lebih mengedepankan semangat persaudaraan dan tertutup pada sesuatu yang baru jadi hal ini menghambat proses modernisasi dan globalisasi.

Sumber   : 
http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi
http://economy.okezone.com/read/2011/11/23/279/533020/asean-dalam-pusaran-globalisasi
http://www.investor.co.id/home/mewujudkan-globalisasi-baru/13962
http://www.investor.co.id/home/mewujudkan-globalisasi-baru/13962

 

 Mata Kuliah Teori Ekonomi-Dr.Prihantoro 

Nama   : Sartika
NPM   : 26210394
Kelas   : SMAK-04

How Can We Measure the Extent of Globalization

How Can We Measure the Extent of Globalization

Globalisasi adalah suatu keadaan dimana kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek, tidak lagi tergantung pada batas-batas wilayah. Dalam globalisasi bidang ekonomi telah terjadi perdagangan internasional pasar bebas, dibentuknya kerjasama regional, bilateral, maupun multilateral. Berdirinya organisasi World Bank, World Trade Organization, Asian Free Trade Area dan lain-lain.
Fenomena Globalisasi yang terjadi sampai dengan saat ini diantaranya ditandai dengan beberapa hal, diantaranya :
1.      Meningkatnya perdangangan global.
2.      Meningkatnya aliran modal internasional, diantaranya investasi langsung luar negeri.
  1. Berkembangnya sistem keuangan global.
4.      Meningkatnya aktivitas perekonomian dunia yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan multinasional
5.      Meningkatnya peran organisasi-organisasi internasional, seperti WTO, WIPO, IMF, yang berurusan dengan transaksi-transaksi internasional.
Dengan adanya berbagai kemudahan diatas, kita dapat mengatakan bahwa tingkat globalisasi di dunia kian meluas dari waktu ke waktu. Meluasnya tingkat globalisasi dapat diukur dari beberapa hal dibawah ini diantaranya:
·         Perubahan Akseleratif, yaitu merupakan perubahan yang sangat cepat dalam segala bidang terutama yang berhubungan dengan interdependensi atau ketergantungan dengan ekonomi, teknologi informasi dan komunikasi di antara negara-negara di dunia.
·         Aliran Modal Tanpa Batas, yaitu tumbuhnya iklim investasi yang mencakup berbagai produk. Banyak perusahaan-perusahaan multinasional yang melakukan ekspansi ke negara-negara lain untuk mendapatkan komponen-komponen produk yang tidak lagi dari anak perusahaannya, tapi dapat juga dari perusahaan-perusahaan lain sehingga terwujud produk barang jadi.
·         Ekonomi Pengetahuan, yaitu bahwa globalisasi telah membawa hubungan ekonomi antar bangsa yang ditandai saling ketergantungan antara negara-negara maju dan negara berkembang dengan segala implikasi yang ditimbulkannya. Hal ini menjadi kajian ilmu pengetahuan bagi para akademisi, ekonom, perumus kebijakan baik pemerintah maupun dunia usaha.
·         Hiper Kompetisi, yaitu segala daya upaya yang dilakukan baik dari dunia usaha, dunia industri maupun pemerintah yang selalu berkompetisi untuk memperoleh simpati dan segmen pasar yang sebanyak-banyaknya. Pemanfaatan media komunikasi dan informasi sangat gencar dalam publikasi untuk menawarkan produk-produk unggulan yang berkualitas dengan segala kelebihannya sesuai dengan trens yang ada di dalam masyarakat.
·         Global dan Kompleks, yaitu segala hal yang terkait dengan transnasional produk telah terjadi saling ketergantungan yang memerlukan tingkat manajemen tinggi dan kompleks. Oleh sebab itu, globalisasi telah memberikan implikasi analisis pemikiran yang integrated dan komprehensif.




Mata Kuliah Teori Ekonomi-Dr. Prihantoro 

Nama  : Sartika
NPM  : 26210394
Kelas  : SMAK-04




Perekonomian Baja di Indonesia

Perekonomian Baja di Indonesia
Peningkatan produksi baja di Indonesia diprediksi akan meningkat, hal itu dikarenakan :
1.       Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia yang membutuhkan banyak produk baja
2.       Sektor otomotif mendorong penggunaan baja
3.       Sektor perkapalan juga meningkat
Karena tingginya biaya produksi, maka produsen bajapun akan menaikkan harga jual produk.
Indonesia termasuk salah satu konsumen sekaligus produsen baja yang besar. Namun yang terjadi saat ini, produksi baja nasional tidak pernah seimbang dengan konsumsi kebutuhan dalam negeri.
Diperkirakan tahun ini Indonesia masih harus mengimpor baja sekitar 3 juta ton untuk memenuhi tingginya kebutuhan baja di dalam negeri. Oleh karena itu, saat ini masing-masing produsen dalam negeri berlomba meningkatkan kapasitas produksi dan perluasan pasar untuk dapat memenuhi target penjualannya.
Pasar baja nasional memang besar. Dengan pembangunan infrastruktur yang terus berjalan, pasar baja Indonesia akan tetap tumbuh. Namun, di tengah besarnya pasar baja di negeri ini, tingkat produksi masih belum mengimbangi kebutuhan. Sebenarnya ini menjadi potensi pasar untuk investasi baru, asalkan dapat bersaing dengan harga murah dan kualitas baik.

Sumber:
http://www.jurnas.com/news/37045/Produsen_Baja_Pasti_Naikkan_Harga/1/Ekonomi

Mata Kuliah Teori Ekonomi- Dr. Prihantoro


Nama : Sartika
Npm  : 26210394
Kelas : SMAK-04






Senin, 07 November 2011

Perkembangan Buah Pala di Indonesia


Tugas Artikel
Nama : 1. Febriana Puspita Sari          (22210688)
            2. Sartika                                 (26210394)
Kelas: SMAK-04


Perkembangan Buah Pala di Indonesia

            Peranan pala sangat signifikan karena mampu mensuplai 60%-75% kebutuhan pangsa pasar dunia serta mempunyai banyak manfaat baik dalam bentuk mentah ataupun produk turunannya. Keunggulan tanaman ini semua bagian buahnya dapat dimanfaatkan, disamping itu pala termasuk tanaman yang mempunyai keunggulan komparatif alamiah karena berumur panjang, daunnya tidak pernah mengalami musim gugur sepanjang tahun, sehingga baik untuk penghijauan dan dapat tumbuh dengan pemeliharaan minim. Dengan demikian potensi pala cukup kompetitif dan dapat diandalkan dalam membantu pertumbuhan perekonomian di daerah sentra produksi. Meskipun buah pala mempunyai nilai tinggi namun biji buah dan fulinya nilainya paling tinggi karena digunakan sebagai bahan industri minuman, makanan, farmasi dan kosmetik.
            Perkembangan total luas areal pala di Indonesia sejak tahun 1967 hingga 2007 relatif berfluktuatif namun cenderung mengalami peningkatan. Selama kurun waktu tersebut, total luas areal pala di Indonesia meningkat dari 12.742 ha pada tahun 1967 menjadi 74.530 ha pada tahun 2007 atau meningkat rata-rata 5,35% per tahun. Berdasarkan status pengusahaannya sejak tahun 1967 hingga tahun 2007 (rata-rata), 97,72% perkebunan pala di Indonesia diusahakan oleh rakyat (PR). Sedangkan sisanya sebesar 2,17% dikelola oleh perkebunan besar negara (PBN) dan sebesar 0,29% dikelola oleh perkebunan swasta (PBS). Kontribusi Rata-rata Luas Areal Perkebunan Pala di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, (Rata-rata 1967 – 2008) Produksi pala di Indonesia adalah dalam bentuk biji pala. Terlihat perkembangan produksi biji pala yang cenderung meningkat dari tahun 1967 hingga tahun 2002, walaupun sempat terjadi penurunan yang sangat tinggi pada tahun 1999 sebesar 30,53% . Pada tahun 2000 produksi biji pala di Indonesia kembali meningkat namun pada tahun 2004 terjadi penurunan yang sangat signifikan hingga mencapai 53,41%, begitu pula pada tahun 2005 yang turun sebesar 20,87%. Rata-rata pertumbuhan produksi biji pala nasional pada kurun waktu 1967-2007 sebesar 3,92%. Pertumbuhan yang sangat tinggi pada kurun waktu tersebut terjadi pada perkebunan besar negara (PBN) sebesar 100,78%.
            Perkembangan volume ekspor pala di Indonesia terlihat meningkat sejak tahun 1996 hingga tahun 2006, walaupun sempat terjadi penurunan yang cukup signifikan sebesar 23,77% pada tahun 2001 menjadi 7,97 ribu ton dari sebesar 10,46 ribu ton pada tahun 2000. Pada tahun 2002 ekspor pala kembali meningkat hingga tahun 2006, namun kemudian volume ekspor pala tersebut kembali turun pada tahun 2007 hingga 2008 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,81% pertahun, sementara nilai ekspor tumbuh sebesar 16, 56% pertahun pada periode 1996-2008. Bentuk ekspor pala adalah pala berkulit, pala kupasan dan bunga pala. Berbeda dengan tren perkembangan volume ekspor, perkembangan volume impor pala pada periode 1996- 2008 sangatlah berfluktuatif. Wujud pala yang diimpor sama dengan wujud pala yang diekspor yaitu pala berkulit, pala kupasan, dan bunga pala. Rata-rata pertumbuhan volume impor pala pada periode 1996-2008 sebesar 103,60% pertahun, jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan volume ekspornya walaupun secara kuantitatif volume ekspor jauh lebih besar. Seperti halnya volume impor, rata-rata pertumbuhan nilai impor pala cukup tinggi yaitu sebesar 65,35% pertahun pada periode yang sama. Pertumbuhan yang cukup tinggi ini dapat disebabkan tingginya nilai pertumbuhan impor pala pada tahun 2003 yaitu sebesar 422,22%, padahal pada tahun yang sama pertumbuhan volume impor turun sebesar 61,11%. Dilihat dari rata-rata pertumbuhan nilai impornya yang begitu tinggi, dapat diartikan bahwa kualitas pala impor cukuplah tinggi. Walupun pertumbuhan impor pala jauh lebih tinggi dari ekspor pala, namun bila dilihat dari neraca perdagangan pala yang positif (surplus) menandakan bahwa peluang usaha tani pala di Indonesia sangatlah prospektif, dan bila dilihat dari sejarah memang pala adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari Pulau Banda (Maluku).
            Menurut kami Sumber daya pala di Indonesia cukup melimpah, akan tetapi pengelolaannya masih kurang optimal karena sumber daya pala tersebut kurang mendapat perhatian dari pemerintah.  Hampir 100% pengusahaan tanaman pala adalah Perkebunan Rakyat (PR), sehingga pengembangannya akan berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat.  Tidak dipungkiri bahwa pala merupakan komoditas andalan pada  wilayah tertentu yang berdampak pada aspek ekonomi maupun sosial budaya.  Permasalahnya yaitu sumber daya pala kurang di olah secara optimal. Dari pembahasan yang telah kami ungkap di atas bahwa dari segi volume kuantitas ekspor lebih besar dibandingkan kuantitas impor, sedangkan pertumbuhan ekspor pala lebih kecil dari pertumbuhan impor . Di lihat dari segi kualitas, impor pala lebih kecil dibandingkan dengan ekspor. Permasalahan yang terjadi karena produk mentah  pala dalam negri, kualitasnya tidak sebaik pala yang di impor. Produk turunan pala dalam negeri, kalah bersaing dengan produk negara-negara lain pengekspor pala. Hal ini disebabkan karena negara lain pengekspor pala mampu mengolah pala menjadi suatu produk yang bernilai jual tinggi. penanaman buah pala di Indonesia cukup signifikan, karena potensi alam Indonesia  sangat mendukung. Ekspor pala merupakan salah satu sumber devisa negara, Seharusnya pemerintah dapat memberi penyuluhan  kepada rakyat yang mengelola perkebunan pala sehingga dapat menghasilkan pala yang berkualitas tinggi dan memperbanyak produk dari pengolahan bahan mental pala untuk kemajuan perekonomian Indonesia.


           


Sabtu, 05 November 2011

price ceiling&price floor

price ceiling menyebabkan kelangkaan
  dan
price floor menyebabkan kelebihan stock  

           
            Pengedalian batas harga tertinggi (price ceiling) dan harga terendah (price floor). Jika pemerintah menganggap harga pasar yang berlaku adalah terlalu tinggi, bagi sebagian besar konsumen, terutama bagi golongan yang berpendapatan rendah. Untuk  barang-barang essensial  yang permintaan terhadapnya sangat besar, salah satunya yaitu sembako. Kebutuhan sembako merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap orang sehingga Pemerintah menciptakan batas harga tertinggi (ceiling price) supaya harga tidak naik terus-menerus dan dapat dijangkau oleh konsumen.

Kurva harga maksimum dan minimum

Pada kurva ini, kita lihat dari sisi harga maksimum (price ceiling) yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu :
(1)   Pada harga pasar (500), permintaan (50).permintaan sama dengan penawaran sehingga terbentuk titik keseimbangan harga (equilibrium price).
(2)   Apabila harga maksimum (400) dikenakan oleh pemerintah, permintaan naik dari (50) menjadi (60).
            Dengan demikian permintaan lebih besar dari penawaran, apabila pemerintah menetapkan batasan harga maksimum (price ceiling), permintaan akan jauh melebihi penawaran yang ada dalam pasar sehingga mengakibatkan timbulnya kelangkaan. Kelangkaan diakibatkan karena produsen mengurangi penawarannya misalnya suatu perusahaan yang memperoleh keuntungan sebelumnya hanya cukup untuk bertahan berproduksi tetapi karena pemerintah menetapkan batasan harga maksimum (price ceiling) maka perusahaan tersebut tidak dapat lagi menutup ongkos produksi dengan demikian mereka akan menghentikan produksi. Perusahaan lain yang lebih efisien juga akan mengurangi penawaran barang akibat ketetapan price ceiling tersebut.                
     Kelangkaan yang terjadi harus segera diatasi dengan mengurangi permintaan dan menambah penawaran. Kelangkaan dapat mengakibatkan meluasnya pasar gelap sehingga peran pedagang perantara bisa dijadikan salah satu solusinya. Peran pedagang-perantara untuk menyesuaikan penawaran terhadap permintaan pada setiap waktu sehingga tidak terjadi kelebihan persediaan pada waktu barang melimpah di pasar dan sebaliknya tidak terjadi kekurangan persediaan pada waktu pasar sedang langka barang. Memberi subsidi kepada para produsen untuk membantu mengurangi biaya produksi, sehingga penawaran bertambah . Hal ini untuk melindungi konsumen dan menjamin bahwa setiap orang sekurang-kurangnya mendapatkan barang sejumlah tertentu.




Kurva harga maksimum dan minimum

Kuva ini menunjukkan harga minimum (price floor) yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu :
(1)   Pada harga pasar (500), permintaan (50). Permintaan sama dengan penawaran sehingga terbentuk titik keseimbangan harga (equilibrium price).
(2)   Apabila harga minimum (600) dikenakan, penawaran naik dari (50) ke (60)
Jadi penawaran lebih besar dari permintaan sehingga terjadi kelebihan stock  barang.

            Apabila pemerintah mengenakan harga minimum (price floor), penawaran akan jauh melebihi permintaan pasar dan ini akan menimbulkan stock barang di gudang tidak terjual. Berhubungan dengan mengenakan harga minimum, penawaran akan jauh melebihi permintaan. Perusahaan-perusahaan yang telah ada dalam industri akan menambah produksi mereka untuk memperoleh untung yang lebih besar.Perusahaan-perusahan yang telah meninggalkan industri disebabkan pada harga sebelumnya tidak mungkin memberi keuntungan, sekarang ini akan kembali memasuki industri untuk memproduksi dengan untung karena ketetapan price floor. Pemerintah melakukan ketetapan price floor untuk menetapkan harga minimal barang tertentu. Contoh produksi beras lokal yang melimpah pada saat panen, supaya tidak merugikan petani maka ditetapkan price floor. Beras impor juga harus dilakukan kebijakan price floor supaya harganya tidak terlalu rendah supaya barang lokal yang tersedia dapat bersaing dengan barang impor yang harga minimumnya sudah dibatasi.
            Kelebihan stock barang (surplus) yamg terjadi dapat mengakibatkan penumpukan persediaan barang sehingga pemerintah harus mengurangi penawaran yang masuk ke pasar dan menambah permintaan. Pemerintah dapat membeli secara langsung dari produsen dan menyimpannya sehingga penawaran yang masuk di pasar berkurang. Membuat iklan dan penelitian untuk meningkatkan konsumsi produk tersebut sehinga permintaan dapat bertambah. Untuk melindungi produsen dan menjamin mereka menerima pendapatan yang wajar dari produk yang dibuatnya. Dapat membantu konsumen untuk mendapat daya guna yang lebih tinggi dari penggunaan produk tersebut misalnya melalui penelitian untuk memperbaiki mutu produk dan memperluas kegunaan produk.
Harga maksimum untuk melindungi konsumen dan harga minimum untuk membantu produsen.

Sumber :
Khera, Hacharan S. dan Bagindo S. Muchtar. 1986. Ekonomi Mikro, Jilid I. Danau           Singkarak Offset: Jakarta.

Nama               : Sartika
Npm                : 26210394
Kelas               : SMAK-04





           



Shifting (pergeseran kurva) penawaran pada tingkat harga yang stabil


Shifting (pergeseran kurva) penawaran pada tingkat harga yang stabil


Shifting (pergeseran kurva) penawaran pada tingkat harga yang stabil.
Penawaran (Supply) dalam ilmu ekonomi :
·         Adanya persediaan suatu barang.
·         Adanya keinginan untuk menjual semua atau sebagian dari persediaan itu pada harga tertentu.


Change in Supply


            Perpindahan kurva penawaran ke kanan (lihat kurva a) menyatakan pertambahan dalam penawaran dari 600 ke 900 (dari s1 ke s2). Perpindahan kurva penawaran ke kiri menyatakan penawaran berkurang dari 600 ke 300 (dari s1 ke s2). Kurva ini menunjukan pergeseran kurva akibat perubahan penawaran dengan tingkat harga yang tetap.

Perubahan penawaran yang terjadi pada kasus ini, disebabkan oleh :

  •         Perubahan ongkos produksi yaitu harga dari faktor-faktor produksi menentukan besarnya ongkos produksi. Sebab itu, jika harga dari faktor-faktor ini turun, ongkos produksi turun. Apabila ongkos produksi turun, lebih banyak produk yang dapat ditawarkan untuk dijual pada harga yang lama. Sebaliknya, jika harga faktor produksi naik, jumlah produk yang akan ditawarkan berkurang. Contoh dalam penggunaan mesin industri yang canggih, pembuatan shirts akan mengurangi biaya produksi karena pengusaha menghemat ongkos produksi dalam mempekerjakan jumlah buruh yang besar yaitu dalam mengambil pekerja, melatih mereka, memberikan fasilitas pengobatan untuk mereka, dan jaminan sosial lainnya. Produksi menggunakan mesin lebih stabil dan tidak terjadi kemacetan disebabkan pekerja sakit, pemogokan untuk menuntut gaji yang lebih besar, tidak masuk kerja dan sebagainya.
  •        Perbaikan metode  produksi yaitu setiap perbaikan teknik produksi akan menurunkan ongkos produksi dan ini akan mengakibatkan pertambahan produksi. Misalnya pada kasus shirts ini, sebelumnya memproduksi menggunakan metode tekhnologi sederhana dengan mesin jahit yang mengharuskan mempekerjakan banyak tenaaga kerja, namun setelah ditemukan tekhnologi canggih yaitu mesin-mesin industri maka dengan waktu yang sama perusahaan dapat  memproduksi jumlah produksi shirts lebih banyak dan menghemat pengeluaran untuk gaji karyawannya. Penggunaan mesin yang digerakkan dengan tenaga (power) mengakibatkan produksi secara besar-besaran sehingga meningkatkan produksi
  •    Kebijakan pemerintah yaitu subsidi pemerintah akan menurunkan ongkos produksi dan akan mengakibatkan pertambahan penawaran. Pajak akan menaikan ongkos produksi dan mengakibatkan pengurangan penawaran.
  •   Harga bahan mentah untuk produksi merupakan hal yang paling utama, maka ketika harga bahan mentah produksi tinggi maka produsen shirts akan mengurangi produksi mereka untuk mempertahankan harga  dan kualitas produknya. Ketika harga bahan mentah turun maka perusahaan shirts akan menambah produksi untuk memperoleh untung yang lebih besar.
  •          Keadaan iklim dan keadaan lain-lain yang tidak normal, misalnya udara buruk, banjir, bencana tsunami dll, akan mengurangi penawaran. Perang dan kejadian-kejadian buruk lainnnya yang disebabkan oleh manusia juga akan mengurangi penawaran. Contoh, ketika suatu daerah pemasarannya mengalami bencana tsunami maka shirts tidak laku dipasaran karena orang-orang pada daerah itu lebih membutuhkan bahan makanan pokok, dibandingkan hasil produksi shirts tersebut sehingga penawaran berkurang.
  •          Kemajuan prasarana  yang pesat di bidang pengangkutan, komunikasi yang modern, jasa-jasa bank, asuransi dll, mengakibatkan kemudahan-kemudahan meluaskan distribusi produk dan perluasan pasar.
  •       Meningkatnya keahlian dan keterampilan sumber daya manusia untuk mengolah bahan baku menjadi suatu produk yang berdaya guna dan laku dipasaran.


Sumber :
Khera, Hacharan S. dan Bagindo S. Muchtar. 1986. Ekonomi Mikro, Jilid I. Danau           Singkarak Offset: Jakarta.



Nama               : Sartika
Npm                : 26210394
Kelas               : SMAK-04